-->

Analisis Karya Seni Kubisme

Thursday, April 21, 2016 : 9:30:00 AM

Tentang Tema Karya Seni

Tema seni Kubisme cenderung mengungkapkan alam benda, manusia, dan lingkungannya. Tema-tema ini diolah oleh setiap seniman dengan perbedaan visi. Ada seniman yang mengungkapkannya melalui warna, bentuk, garis, dan komposisi keseluruhan.

Pengaruh lingkungan kehidupan sosial, sebelum dan sesudah perang dunia akan terasa pada obyek dan komposisi lukisan Kubisme. Obyek yang merepresentasikan kegelisahan dan penuh simbolis banyak diungkapkan para seniman sebelum perang. Suasana kekacauan kemasyarakatan, ketatanegaraan juga tidak lepas dari perhatian seniman. Ketidaksetujuan seniman terhadap kekejaman dan kekerasan perang muncul pula ke permukaan kanvas sebagai tema pilihannya. Sebagai salah satu contohnya Guernica.

Tema pemain musik dan alat musik banyak diungkapkan oleh para seniman dengan pendekatan kubistis. Obyek dipecah menjadi faset-faset geometris, namun kekhasan karakternya tetap dipelihara, sehingga tema tetap dapat dibaca oleh para pengamat. Penari, Pemain Balet, Pemain Sirkus juga dilukiskan oleh para seniman , terutama pada tahap awal Kubisme. Pada tahap Kubisme Sintetik tema yang diungkapkan sangat sulit diinterpretasi, karena obyek sudah tidak dikenali satu persatu. Yang pada awalnya obyek diuraikan (dianalisis), akhirnya menuju proses abstraksi yang lebih kental,, ditarik pada suatu sintesa, obyek sepertinya dikumpulkan pada suatu tempat, dan bertumpuk, saling menumpang, dan terkadang bertransparansi. Kubisme Sintetik pada akhirnya mengarah pada abstrak formalis, seperti karya Braque dan Griss, dengan tema yang tidak mengacu pada obyek.

Tentang Estetika Kubisme

Estetika Kubisme berawal dari pendekatan Impresionisme yang memandang bahwa kebenaran alam tidak sama dengan kebenaran seni. Alam menjadi inspirasi dalam melahirkan konsep kebentukan yang geometris. Intelektual Kubisme menuntun intuisi dalam menggubah kenyataan alam. Alam atau obyek diungkapkan melalui bentuk-bentuk geometris, seperti balok, silinder, limas, kerucut,, dan lainlain, dalam suatu kesatuan komposisi yang mempertimbangkan unsur-unsur estetik.

Penggunaan bidang, bentuk, dan garis dalam mengurai obyek/benda memiliki peranan yang sangat penting. Bahkan deformasi obyek atau benda alam didasari bentuk-bentuk geometris. Kubisme sangat konsisten dalam menggarap satu format lukisan dengan proses geometrisasi, baik obyek maupun latar belakang. Sehingga satu format lukisan tampak seperti tak memiliki obyek. Tumpukan bentuk atau obyek seakan menekan atmosfir dari berbagai sudut pandang. Tetapi itulah konsep space (ruang) yang diciptakan kaum Kubisme. Warna benar-benar dipertimbangkan secara rasional, dengan penekanan pada keselarasan, baik antar obyek maupun dengan latar. Perkembangan estetika Kubisme berlanjut dengan rekayasa teknik dalam berkarya seperti yang dikembangkan Picasso dan Braque, yaitu papier-colle.

Tentang Teknik Berkarya Seni

Teknik melukis dengan menempelkan benda-benda, atau serpihan dan lembaran kertas ini menciptakan estetika baru. Permainan susunan bentuk geometris dari berbagai benda ini didorong oleh ide kreatif para seniman. Pengolahan bentuk adalah aktivitas artistik utama kaum Kubisme. Teknik adalah alat dan cara melayani ide kebentukannya. Pengembangan bentuk dan teknik dalam berkarya memungkinkan munculnya lukisan bertekstur (seperti relief), assembladge, dan patung Kubisme dengan aneka media (misalnya logam).

Gerakan Kubisme pada dasarnya merupakan pengembangan ide garapan Impresionisme dalam mewujudkan kebenaran alam. Seurat (1859-1891) yang mencoba teknik divisionisme dalam konsep Impresionisme memperlihatkan tentang pendekatannya yang sangat rasional. Konsepsi Seurat sebenarnya sudah berbeda dengan Impresionisme jika ditinjau dari segi gaya ungkapan visual. Tetapi masih tetap merepresentasikan alam secara obyektif. Kebenaran alam yang ditampilkan Seurat dalam kebenaran seni masih menunjukkan kesamaan. Berbeda dengan Cezanne yang sudah mulai memandang alam bukan sebagai obyek yang ditirunya. Cezanne mengubah dan mendeformasi alam melalui proses geometrisasi dengan teknik garis blabar dan tegas, sehingga menghasilkan bentukbentuk baru dari alam.

Patung Negro Afrika memberikan ilham kebentukan pada seniman modern Eropa (misalnya Pablo Picasso). Hal ini merupakan transposisi penalaran seni patung primitif dalam komposisi bentuk geometris.

Karya seni Kubisme didasari oleh pertimbangan rasional yaitu dengan menganalisis bentuk (sosok) alam menjadi struktur geometris (kubus, silinder,, limas, dsb.).

Dalam perkembangan aliran Kubisme, terdapat tiga tahap yaitu:

a. Tahap awal (bisa dinamakan tahap pembentukan) yang dipelopori Pablo Picasso (1909-1912).
b. Tahap analitik yang dipelopori Juan Griss (1909-1912).
c. Tahap sintetik yang dipelopori Leger (1913-1914).

Tahap awal ialah proses pembentukan gaya Kubisme yang ditandai adanya deformasi bentuk alam menjadi bentuk geometris, dan penerapan konsep kebentukan patung primitif pada bidang dua dimensional. Tanda-tanda lukisan Kubisme tahap awal dapat kita pelajari dari karya Picasso, Les Demoiselles d‟Avignon dan karya Braque, Grand Nu.

Tahap analitik adalah perkembangan lanjut Kubisme yang memperlihatkan tandatanda adanya analisis terhadap benda/sosok/bentuk alam menjadi susunan bentukbentuk geometris. Pada lukisan ini sudah tak tampak kesan cahaya dan perspektif. Karya Kubisme analitik dikembangkan dari teori simultanitas (multi perspektivis).

Juan Griss dianggap mempelopori analisis bentuk. Contoh: lukisan berjudul Tea Time karya Metzinger, memperlihatkan lukisan cangkir yang separuh terlihat dari samping persis, dan separuh agak dari atas, mukanya sekali waktu terasa seperti terlihat dari samping dan di kali lain seperti dari depan dalam bentuk yang kompleks. Karya Picasso, Laki-laki dan Viol sebagai pernyataan ruang dan waktu. Karya Braque, Laki-laki dan Gitar sebagai dimensi empat dalam lukisan (perspektif tak digunakan).

Tahap sintetik adalah kecenderungan Kubisme yang memperlihatkan adanya usaha melepas bentuk menjadi bagian-bagian yang secara simultan diungkapkan dan tampil seprti terpotong-potong. Susunan obyek lukisdan seperti tumpangmenumpang dan transparan, sehingga membentuk obyek yang dilukiskannya. Contoh: Piring Buah dan Jendela Terbuka karya Juan Griss; Tiga Pemain Musik, Picasso; The City, Leger.

Ada beberapa buku yang menganalisis perkembangan Kubisme dalam tiga tahap yang dimulai tahap analitik, hermeutik, dan sintetik. Tahap hermeutik sebenarnya mengacu pada kecenderungan komposisi dan pemanfaatan ruang dalam bidang lukisan. Hermeutik menunjukkan bahwa bidang lukisan Kubisme menggambarkan kepadatan dan ketertutupan ruang. Bidang, bentuk, dan warna meliputi seluruh format lukisan, antara obyek dan latar berpadu, sehingga ada kesan bahwa ruang sangat rapat.. Pada Kubisme analitik dan sintetik juga terdapat aspek hermeutik dalam pemanfaatan ruang. Buku yang lain ada yang menambahkan tahap heroik. Tahap heroik ditujukan pada waktu tertentu, ada kecenderungan lukisan Kubisme yang memperlihatkan sifat-sifat heroik. Hal ini dipengaruhi suasana sosial-politik pada masa tersebut, misalnya peperangan.

Patut kita cermati bahwa pelukis Kubisme, yang dipelopori Picasso, sebagai seorang maestro seni lukis dunia terlahir dengan sepenuh jiwa dalam berkarya seni rupa. Kecintaannya terhadap dunia seni rupa membuahkan hasil yang gemilang,, yaitu kreativitas seni. Berkarya baginya tidak hanya berekspresi (mengungkapkan perasaan) tetapi juga berpikir - mempertimbangkan komposisi dan ide kebentukan - secara rasional (intelektual).

Dalam mengembangkan dunia kesenirupaannya, Picasso selalu menggali hal-hal baru, di antaranya dia mengambil ide kebentukan dari dunia primitif (patung Negro Afrika) . Yang primitif baginya, memberikan inspirasi bagi perwujudan sebuah karya seni.

Dengan memepelajari sejarah seni rupa Barat, khususnya tentang Kubisme Picasso, diharapkan tidak hanya sebagai pengetahuan, tetapi harus menjadi spirit baru dalam mendorong jiwa kita untuk selalu konsekuen dalam berkesenian dengan menggali akar budaya tradisi bangsa kita.

Saat ini 0 comments :