Seorang tokoh yang cukup penting, selain Picasso, yang juga turut mendukung kelahiran dan perkembangan seni kubisme ialah Georges Braque. Braque lahir di Argenteuil tahun 1882. Tahun 1890-1900 ia tinggal di Le Havre, kemudian bersekolah di Ecole des Beaux-Arts. Pada usia remaja, dia telah bekerja magang pada ayahnya sebagai seorang dekorator. Pergaulan dengan dunia senirupa,sebenarnya telah digelutinya sejak kecil. Dia sering menghabiskan waktu luangnya di tempat kerja ayahnya.
Ayahnya bekerja sebagai seorang dekorator yang mengerjakan lukisan pemandangan, untuk Salon des Artistes Francais. Secara tidak langsung sang ayah juga turut mendidik Braque dalam hal mengenalkannya berbagai media seni rupa, mulai cat, dan cara penggunaannya, peralatan melukis dan dekorasi , dan hal-hal lain yang berupa pengetahuan yang berhubungan dengan dunia sang ayah. Antara Picasso dan Braque memiliki latar belakang keluarga yang tidak jauh berbeda , dan lingkungan mereka sangat mendorong kedua tokoh senirupa ini tampil menjadi pembesar dalam kancah perhelatan senirupa dunia.
Braque banyak berteman dengan seniman besar lainnya pada waktu itu, misalnya Francais Ficabia, Marie Maurencin, sampai dia bertemu dengan tokoh-tokoh Impresionisme, seperti Renoir, Monet, cezanne, Van Gogh dan Seurat. Pertemuan dan pengenalan dengan kaum impresionist terjadi pada tahun 1902. Braque melukis banyak dipengaruhi oleh pelukis Impresionisme, terutama oleh Cezanne pada perkembangan akhir impresionisme. lukisan Braque memasuki pra-kubisme pada tahun 1907.
Jika Picasso melukis Demoiselles sebagai kanvas pertama yang bernapaskan kubisme, maka braque menunjukkan karya lukisannya yang berjudul Grand Nu (1907-08). lukisan yang menggambarkan sosok wanita telanjang berbadan besar dan berkesan kokoh ini memperlihatkan adanya kecenderungan baru Braque dalam mengungkapkan idenya tentan wanita. lukisan ini berukuran lebih kecil dibandingkan Demoiselles, yaitu 145,5 x 101,5 cm. Goresan kuat dan blabar pada Grand Nu memberi kesan penyederhanaan bentuk alam yang kuat. Latar yang memiliki kekuatan bidang-bidang lebar bernuansa memberi efek gelap terang yang tidak mengesankan atmosfir nyata. tetapi padalukisannya memiliki ruang misteri yang berdimensi banyak dan solid. Keseluruhan obyek yang tampil berkesan penuh gerak.
Pendekatan Braque lebih puitis dalam mengekspresikan konsep intelektualnya. Warna dan bentuk diolah secara harmonis dalam kesatuan komposisi highly organized. Konsep intelektualitas dengan geometrisasinya mengarah kepada penyederhanaan bentuk yang menuju persepsi ruang jelajah mata yang kompleks. Kompleksitas bentuk dan ruang seakan dipadatkan dengan permainan garis dan bentuk. Braque banyak memulaskan sapuan kuas kasar untuk membuat nuansa warna dan kesan kepejalan suatu bidang geometris. Warna monokromatis yang redup banyak kita dapatkan pada beberapa karyanya, misalnya Landscape (1908). Komposisi Cezanne menjiwai lukisannya. Pada musim panas tahun 1908, Braque berkunjung ke L‘Estaque, suatu tempat yang juga disukai Cezanne, untuk berkarya pemandangan dan alam benda, yang kemudian dipamerkan di galeri Kahnweiler‘s, yang kemudian memperoleh sebutan kubisme. Pada karyanya ini memperlihatkan suatu jenis lukisan yang konseptual, disiplin dan geometris.
Konseptual berarti bahwa lukisannya diciptakan dengan kesadaran logika yang matang, dan dengan perencanaan. Hal ini terlihat pada penataan unsur bentuk teratur dan warna yang harmonis. Disiplin berarti sikap konsekuen dan konsisten dalam menyederhanakan setiap unsur bentuk dalam mendekati bentuk geometris.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Sang Maestro Seni Rupa Pablo Picasso
Braque senang bereksperimen dalam menggunakan berbagai material dan media untuk berkarya seni. Karya-karya Kubismenya yang menggunakan teknik kolase dengan bahan kertas (papier-colle) dan bahan lain, akan membawa ke tahap kubisme sintetik. Braque yang mencoba berbagai media dalam berkarya lukis, juga dia mulai memanfaatkan bahan metal untuk membuat konstruksi tiga dimensional (patung) dengan pendekatan kubistisnya, kita bisa lihat patungnya yang diberi judul Hymen (1939) dan La Tete de Cheval (1946-9), keduanya dari bahan perunggu (bronze). Patung duduk yang tingginya 76 cm (Hymen) dan 40 cm (La Tete) menunjukkan bahwa besar sekali pengaruh patung primitif negro terhadap karya patung Braque.
Yang perlu digarisbawahi di akhir perjalanan Braque adalah bahwa dia adalah sahabat Picasso yang bekerjasama mengembangkan Kubisme dengan kecenderungan subyektivitas individual yang agak berbeda. Braque lebih konsisten menapaki karir Kubismenya, bahkan eksplorasi dan eksploatasimedia dan tekniknya memperlihatkan konsekuensinya dalam ―bermain bentuk‖.
Ayahnya bekerja sebagai seorang dekorator yang mengerjakan lukisan pemandangan, untuk Salon des Artistes Francais. Secara tidak langsung sang ayah juga turut mendidik Braque dalam hal mengenalkannya berbagai media seni rupa, mulai cat, dan cara penggunaannya, peralatan melukis dan dekorasi , dan hal-hal lain yang berupa pengetahuan yang berhubungan dengan dunia sang ayah. Antara Picasso dan Braque memiliki latar belakang keluarga yang tidak jauh berbeda , dan lingkungan mereka sangat mendorong kedua tokoh senirupa ini tampil menjadi pembesar dalam kancah perhelatan senirupa dunia.
Braque banyak berteman dengan seniman besar lainnya pada waktu itu, misalnya Francais Ficabia, Marie Maurencin, sampai dia bertemu dengan tokoh-tokoh Impresionisme, seperti Renoir, Monet, cezanne, Van Gogh dan Seurat. Pertemuan dan pengenalan dengan kaum impresionist terjadi pada tahun 1902. Braque melukis banyak dipengaruhi oleh pelukis Impresionisme, terutama oleh Cezanne pada perkembangan akhir impresionisme. lukisan Braque memasuki pra-kubisme pada tahun 1907.
Jika Picasso melukis Demoiselles sebagai kanvas pertama yang bernapaskan kubisme, maka braque menunjukkan karya lukisannya yang berjudul Grand Nu (1907-08). lukisan yang menggambarkan sosok wanita telanjang berbadan besar dan berkesan kokoh ini memperlihatkan adanya kecenderungan baru Braque dalam mengungkapkan idenya tentan wanita. lukisan ini berukuran lebih kecil dibandingkan Demoiselles, yaitu 145,5 x 101,5 cm. Goresan kuat dan blabar pada Grand Nu memberi kesan penyederhanaan bentuk alam yang kuat. Latar yang memiliki kekuatan bidang-bidang lebar bernuansa memberi efek gelap terang yang tidak mengesankan atmosfir nyata. tetapi padalukisannya memiliki ruang misteri yang berdimensi banyak dan solid. Keseluruhan obyek yang tampil berkesan penuh gerak.
Pendekatan Braque lebih puitis dalam mengekspresikan konsep intelektualnya. Warna dan bentuk diolah secara harmonis dalam kesatuan komposisi highly organized. Konsep intelektualitas dengan geometrisasinya mengarah kepada penyederhanaan bentuk yang menuju persepsi ruang jelajah mata yang kompleks. Kompleksitas bentuk dan ruang seakan dipadatkan dengan permainan garis dan bentuk. Braque banyak memulaskan sapuan kuas kasar untuk membuat nuansa warna dan kesan kepejalan suatu bidang geometris. Warna monokromatis yang redup banyak kita dapatkan pada beberapa karyanya, misalnya Landscape (1908). Komposisi Cezanne menjiwai lukisannya. Pada musim panas tahun 1908, Braque berkunjung ke L‘Estaque, suatu tempat yang juga disukai Cezanne, untuk berkarya pemandangan dan alam benda, yang kemudian dipamerkan di galeri Kahnweiler‘s, yang kemudian memperoleh sebutan kubisme. Pada karyanya ini memperlihatkan suatu jenis lukisan yang konseptual, disiplin dan geometris.
Konseptual berarti bahwa lukisannya diciptakan dengan kesadaran logika yang matang, dan dengan perencanaan. Hal ini terlihat pada penataan unsur bentuk teratur dan warna yang harmonis. Disiplin berarti sikap konsekuen dan konsisten dalam menyederhanakan setiap unsur bentuk dalam mendekati bentuk geometris.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Sang Maestro Seni Rupa Pablo Picasso
Braque senang bereksperimen dalam menggunakan berbagai material dan media untuk berkarya seni. Karya-karya Kubismenya yang menggunakan teknik kolase dengan bahan kertas (papier-colle) dan bahan lain, akan membawa ke tahap kubisme sintetik. Braque yang mencoba berbagai media dalam berkarya lukis, juga dia mulai memanfaatkan bahan metal untuk membuat konstruksi tiga dimensional (patung) dengan pendekatan kubistisnya, kita bisa lihat patungnya yang diberi judul Hymen (1939) dan La Tete de Cheval (1946-9), keduanya dari bahan perunggu (bronze). Patung duduk yang tingginya 76 cm (Hymen) dan 40 cm (La Tete) menunjukkan bahwa besar sekali pengaruh patung primitif negro terhadap karya patung Braque.
Yang perlu digarisbawahi di akhir perjalanan Braque adalah bahwa dia adalah sahabat Picasso yang bekerjasama mengembangkan Kubisme dengan kecenderungan subyektivitas individual yang agak berbeda. Braque lebih konsisten menapaki karir Kubismenya, bahkan eksplorasi dan eksploatasimedia dan tekniknya memperlihatkan konsekuensinya dalam ―bermain bentuk‖.
Saat ini 0 comments :
Post a Comment