Optical Art yang dialihbahasakan menjadi Seni Optik telah berkembang sebagai salah satu hasil karya seni rupa moderen. Seni Optik ini didasari oleh hasil penelitian dan penemuan dalam bidang ilmu fisika dan ilmu anatomi manusia. Hasil penelitian tersebut dikembangkan menjadi ilmu optik. Ilmu optik pertama kali dipelajari selama bertahun-tahun di laboratorium oleh seorang filosof dan ahli fisika Inggris yang bernama Bacon (1220-1292). Dia mempelajari struktur cahaya dan kaitannya dengan kemampuan mata manusia dalam menangkap warna.
Pada tahun 1642-1727, Sir Issac Newton mengadakan percobaan tentang cahaya dengan menggunakan prisma yang dipantulkan oleh sinar matahari. Pantulan dan pembiasan warna itu menimbulkan spektrum warna. Dalam penemuannya itu disusunlah teori bahwa sinar matahari dapat diuraikan menjadi beberapa warna yaitu: merah, jingga, kuning, hijau, biru, biru tua, dan ungu.
Istilah Optic atau Retinal Art diterapkan pada karya-karya seni rupa dua dimensional yang sepenuhnya menggali dan memanfaatkan kekeliruan mata. Pada umumnya seni optik bertsifat abstrak, formal, dan eksak. Jasia Richardt (1994) memandang bahwa:
(1) Seni optik merupakan perkembangan lanjut dari gaya Konstruktivisme, dan esensi dari tujuan Malevich untuk mencapai keunggulan sensibilitas murni dalam seni.
(2) Seni optik merupakan kecenderungan yang dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang dikembangkan si Bauhaus, dan Moholy-Nagy serta Joseph Albers.
Seni optik dengan wujudnya yang khas berupa susunan geometris berulang-ulang, merupakan semacam usaha untuk mengeksploitir kelemahan mata dengan ilusi ruang (dan terkadang gerak semu).
Latar Belakang
Telah diuraikan di atas bahwa seni optik pada kemunculannya berupa seni dua dimensi, yang pada umumnya berbentuk abstrak, formal dan konstruktif melalui wujud yang khas dalam bentuk geometris dan perulangan teratur, rapi, teliti, sehingga dapat menimbulkan efek-efek optik yang mengecoh mata dengan ilusi ruang. Warna-warna yang digunakan kebanyakan warna cerah atau lightness tinggi dengan memberikan batas pada hue atau saturation yang tajam dan tegas.
Seni optik juga memiliki kualitas dinamis yang menghidupkan kesan-kesan dan sensasi-sensasi ilusorik pada diri pengamat, baik dalam struktur fisik mata maupun otaknya. Jadi dapat\ dikatakan bahwa seni optik berkenaan dengan cara ilusi yang paling mendasar dan bermakna. Tentu saja harus dapat dibedakan dengan ilusi-ilusi dalam karya seni rupa yang lainnya, sebab bagaimanapun juga semua karya seni rupa melibatkan unsur ilusi. Ilusi memanfaatkan kemampuan pengamat untuk melengkapi kesan-kesan dalam pikiran dengan berdasarkan pada pengalaman sebelumnya. Ilusi adalah proses yang merangsang imajinasi untuk menundukkan logiika kanvas dua dimensi. Misaknya dalam karya ―trompe l‘oeil‖. Pada karya tersebut ilusi seakan-akan membawa proses penglihatan normal pada keraguan, terutama melalui fenomena optis dari karya seni rupa tersebut.
Seni optik atau optical art telah diterapkan pada karya-karya seni rupa dua dimensi yang tampak menggali hubungan-hubungan kromatis ambigu. Pada umunnya kara seni optik menampilkan suatu ketidakcocokan antara fakta fisis dan efek psikis. Seni optik lahir di Amerika dan pertama kali dipublikasikan di media cetak pada majalah Time (Oktober 1964), dan dua bulan kemudian dipublikasikan pula dalam majalah Life. Tahun 1965 menjadi istilah yang sudah populer di lingkungan rumah tangga baik di Ingris maupun Amerika yang mengacu pada kain tenunan yang dipola secara logis, kaca jendela, dan benda-benda lainnya.
Seni optik sebenarnya sudah lama dirintis oleh para penganut seni Impresionisme dan Pasca Impresionisme, yang menggunakan campiran optis dari warna dan ketegasannya dengan menolak metode pencampuran melalui palet dan membiarkan mata mencampurkan titik-titik warna pada suatu jarak. Teknik-teknik kreatif seperti yang dikembangkan Seurat, Signac, Piccarro, dan Cross pada tahun 1880an sebenarnya sudah memasukkan konsep optik ke dalamnya, antara teknik yang menjadi subject-matter dan isi jiwa dari lukisan. Kualitas antara teknik dan subjectmatter tidak bisa dipisahkan.
Tokoh seniman optik yang sering dinamakan sebagai Bapak Seni Optik ialah M.C.Escher. Dia adalah seorang seniman grafis dari Belanda. Melalui karya litografinya, dia menampilkan karya - karya optik di Italy. Escher mengolah kedalaman ruang dengan perspektif yang sangat unik. Di dalam karyanya yang unik menampilkan pula bentuk-bentuk detail. Misalnya dia mengolah bentuk figur dan latar melalui perubahan bentuk latar dan langit menjadi bentuk burung dengan tepat sekali dan sempurna. Perspektifnya sangat menarik dan mengecoh mata kita. Sehingga akan sulit bagi kita untuk membedakan antara mana yang di atas atau yang di bawah. Atau mana yang dekat dan mana yang jauh. (Lihat karyanya: Jendela Burung‘).
Albers adalah seniman optik yang banyak menggali kemungkinan visualisasi optik pada karya lukisannya yang mendemonstrasikan semua nuansa relativiitas dan ketidakstabilan warna dan ketegasannya melalui berbagai interaksi dalam serial lukisannya yang diberi nama Homage to The Square. Ia telah memperlihatkan bagaimana warna-warna yang berbeda dapat dibuat agar tampak sama dan tiga warna dapat terlihat sebagai dua atau empat warna. Seni Albers merupakan seni sensasi murni. Secara visual karyanya tidak mengejutkan atau mengganggu, seperti yang terjadi pada lukisan-lukisan hitam putih Bridget Rimey, atau ilustrasi yang diberikan sebagai contoh psikologi dan fisiologi persepsi (sebagai ciri-ciri yang paling pokok dalam seni optik atau seni retinal).
Seniman lain yang dikenal dengan penciptaan karya yang menstimulans mata hitam putih telah mulai berkiprah sejak tahun 1935. Di antara karyanya adalah komposisi papan catur dengan buah buah caturnya. Dalam lukisannya ia menggunakan ambiguitas dan disorientasi optik melalui penggunaan ritme yang disinkopasi, dan pola-pola geometris. Hitam dan putih, berwarna, dan konstruksi-kosntruksi tiga dimensional merupakan ekspresi gagasan Vasarely tentang hubungan yang seharusnya terjadi antara karya-karya dan pengamat. Ia percaya bahwa mengalami kehadiran suatu karya seni adalah lebih penting daripada memahaminya.
Konsep intelektual tentang pemahaman menjadi tidak sesuai dalam dunia seni yang terlibat dengan sensasi sampai tingkat tertentu hingga sensasi-sensasi itu menciptakan pengaruh fisis yang sesungguhnya pada pengamat. Terhadap kegiatannya ia menerapkan istilah seni sinetik (bentuk seni yang berdasarkan pada ilusi multidimensional). Sementara seni sietik menerapkan (secara terbatas) penggunaan gerakan mekanis, serta terlibat dengan ilusionistis atau gerakan yang sesungguhnya. Istilah sinetik dapat juga dianggap sesuai dengan karya Yacoov Agam, khususnya dalam hal lukisan polimorfis pada permukaan yang berombakombak dengan pola yang bergabung dan berubah ketika seseorang berjalan di depannya. Mirip juga dengan karya Cruz Diaz dan JR Soto, di mana ilusi gerak terjadi ketika pengamat bergerak, sementara lukisannya sendiri tetap diam.
Baca Juga: Istilah dan Sejarah Kinetic Art atau Seni Kinetik
Pameran-pameran Optical Art baik di Perancis maupun negara Eropa diselenggarakan oleh para seniman, walaupun senimannya tidak begitu banyak seperti halnya seniman dari gaya lainnya. Pameran seni optik yang pertama dan terkenal adalah pameran The Responsive Eye yang diorganisasi oleh William G. Seitz di New York tahun 1965. Para pelukis yang terlibat dalam seni optik selain Vasarelly dan Josef Albers termasuk juga para pelukis muda lainnya, misalnya Richard Anuskiewics, Almir Mavignier, Larry Poons, Agam, de Soto, Bridget Riley, Jeffrey Steele dan Yvaral.
Richard Anuskiewics berkarya dan bereksplorasi berdasarkan ilmu warna. Dia menyusun paduan warna dan garis secara teratur, sitematis, yang menimbulkan efek optik sebagai akibat dari bayangan warna-warna yang tembus pandang dan keteraturan garis yang diciptakan. Melalui eksperimennya yang terus menerus, dihasilkan efek-efek optik yang bermacam-macam dan melalui karyanya dia menyebut dirinya sebagai abstraksionis geometris.
Banyak persepsi dan prinsip dalam seni optik yang mengambil dari teori psikologi. Hal ini disebabkan oleh efek dari paduan kontras warna, pancaran cahaya, serta garis-garis yang mengecooh mata. Seni optik banyak menggunakan warna-warna yang bertentangan, yang terkadang menyilaukan mata. Seperti warna merah didekatkan dengan biru, bersamaan dengan penggunaan garis atau bentuk yang teratur. Seperti yang dilakukan Vassarely dalam karyanya berjudul Vega. Elemen garis dipertentangkan dengan arah vertikal dan horizontal dengan pengolahhan bidang menyempit dan melebar dengan diisi warna yang berselang seling menghasilkan efek dimensi ruang, pantulan cahaya, kedalaman ruang dan bergetar (ada unsur kinetiknya)
Karya-karya yang paling dinamis secara optis yang terpisah dari kosntruksi tiga dimensi seperti misalnya gambar lensa Karl Gestner dan kontak kaca ilusi dari Leroy Lamis dan Robert Stevenson adalah lukisan hitam-putih yang terlihat menghasilkan permukaan yang benar-benar tidak stabil. Pelukis yang paling intensif dalam bidang ini adalah Bridget Riley, dengan karyanya yang belang-belang bergelombang dan berbagai progresi formalnya berdasarkan pada pola-pola yang diterima secara intuitif yang dikembangkan secara sistematis dalam lukisannya. Di antara para pelukis lainnya yang menghasilkan gangguan dan ambiguitas optis dalam lukisan yang ganjil adalah pelukis Jepang yaitu Tadashi yang membuat komposisi lingkaran konsentris yang dilukisnya pada piringan gramafon, dan pelukis Amerika Julian Stanzcak yang menciptakan kesan-kesan organik abstrak dengan belang-belang hitam dan putih vertikal atau horisontal dengan ketebalan beragam. Karya-karya mereka bekerja pada apa yang oleh Gombrich dinamakan prinsip etsetera. Suatu kesadaran apabila pikiran melihat sesuatu yang tak ada karena adanya kondisi fisik yang tercipta.
Pada tahun 1642-1727, Sir Issac Newton mengadakan percobaan tentang cahaya dengan menggunakan prisma yang dipantulkan oleh sinar matahari. Pantulan dan pembiasan warna itu menimbulkan spektrum warna. Dalam penemuannya itu disusunlah teori bahwa sinar matahari dapat diuraikan menjadi beberapa warna yaitu: merah, jingga, kuning, hijau, biru, biru tua, dan ungu.
Istilah Optic atau Retinal Art diterapkan pada karya-karya seni rupa dua dimensional yang sepenuhnya menggali dan memanfaatkan kekeliruan mata. Pada umumnya seni optik bertsifat abstrak, formal, dan eksak. Jasia Richardt (1994) memandang bahwa:
(1) Seni optik merupakan perkembangan lanjut dari gaya Konstruktivisme, dan esensi dari tujuan Malevich untuk mencapai keunggulan sensibilitas murni dalam seni.
(2) Seni optik merupakan kecenderungan yang dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang dikembangkan si Bauhaus, dan Moholy-Nagy serta Joseph Albers.
Seni optik dengan wujudnya yang khas berupa susunan geometris berulang-ulang, merupakan semacam usaha untuk mengeksploitir kelemahan mata dengan ilusi ruang (dan terkadang gerak semu).
Latar Belakang
Telah diuraikan di atas bahwa seni optik pada kemunculannya berupa seni dua dimensi, yang pada umumnya berbentuk abstrak, formal dan konstruktif melalui wujud yang khas dalam bentuk geometris dan perulangan teratur, rapi, teliti, sehingga dapat menimbulkan efek-efek optik yang mengecoh mata dengan ilusi ruang. Warna-warna yang digunakan kebanyakan warna cerah atau lightness tinggi dengan memberikan batas pada hue atau saturation yang tajam dan tegas.
Seni optik juga memiliki kualitas dinamis yang menghidupkan kesan-kesan dan sensasi-sensasi ilusorik pada diri pengamat, baik dalam struktur fisik mata maupun otaknya. Jadi dapat\ dikatakan bahwa seni optik berkenaan dengan cara ilusi yang paling mendasar dan bermakna. Tentu saja harus dapat dibedakan dengan ilusi-ilusi dalam karya seni rupa yang lainnya, sebab bagaimanapun juga semua karya seni rupa melibatkan unsur ilusi. Ilusi memanfaatkan kemampuan pengamat untuk melengkapi kesan-kesan dalam pikiran dengan berdasarkan pada pengalaman sebelumnya. Ilusi adalah proses yang merangsang imajinasi untuk menundukkan logiika kanvas dua dimensi. Misaknya dalam karya ―trompe l‘oeil‖. Pada karya tersebut ilusi seakan-akan membawa proses penglihatan normal pada keraguan, terutama melalui fenomena optis dari karya seni rupa tersebut.
Seni optik atau optical art telah diterapkan pada karya-karya seni rupa dua dimensi yang tampak menggali hubungan-hubungan kromatis ambigu. Pada umunnya kara seni optik menampilkan suatu ketidakcocokan antara fakta fisis dan efek psikis. Seni optik lahir di Amerika dan pertama kali dipublikasikan di media cetak pada majalah Time (Oktober 1964), dan dua bulan kemudian dipublikasikan pula dalam majalah Life. Tahun 1965 menjadi istilah yang sudah populer di lingkungan rumah tangga baik di Ingris maupun Amerika yang mengacu pada kain tenunan yang dipola secara logis, kaca jendela, dan benda-benda lainnya.
Seni optik sebenarnya sudah lama dirintis oleh para penganut seni Impresionisme dan Pasca Impresionisme, yang menggunakan campiran optis dari warna dan ketegasannya dengan menolak metode pencampuran melalui palet dan membiarkan mata mencampurkan titik-titik warna pada suatu jarak. Teknik-teknik kreatif seperti yang dikembangkan Seurat, Signac, Piccarro, dan Cross pada tahun 1880an sebenarnya sudah memasukkan konsep optik ke dalamnya, antara teknik yang menjadi subject-matter dan isi jiwa dari lukisan. Kualitas antara teknik dan subjectmatter tidak bisa dipisahkan.
Tokoh seniman optik yang sering dinamakan sebagai Bapak Seni Optik ialah M.C.Escher. Dia adalah seorang seniman grafis dari Belanda. Melalui karya litografinya, dia menampilkan karya - karya optik di Italy. Escher mengolah kedalaman ruang dengan perspektif yang sangat unik. Di dalam karyanya yang unik menampilkan pula bentuk-bentuk detail. Misalnya dia mengolah bentuk figur dan latar melalui perubahan bentuk latar dan langit menjadi bentuk burung dengan tepat sekali dan sempurna. Perspektifnya sangat menarik dan mengecoh mata kita. Sehingga akan sulit bagi kita untuk membedakan antara mana yang di atas atau yang di bawah. Atau mana yang dekat dan mana yang jauh. (Lihat karyanya: Jendela Burung‘).
Albers adalah seniman optik yang banyak menggali kemungkinan visualisasi optik pada karya lukisannya yang mendemonstrasikan semua nuansa relativiitas dan ketidakstabilan warna dan ketegasannya melalui berbagai interaksi dalam serial lukisannya yang diberi nama Homage to The Square. Ia telah memperlihatkan bagaimana warna-warna yang berbeda dapat dibuat agar tampak sama dan tiga warna dapat terlihat sebagai dua atau empat warna. Seni Albers merupakan seni sensasi murni. Secara visual karyanya tidak mengejutkan atau mengganggu, seperti yang terjadi pada lukisan-lukisan hitam putih Bridget Rimey, atau ilustrasi yang diberikan sebagai contoh psikologi dan fisiologi persepsi (sebagai ciri-ciri yang paling pokok dalam seni optik atau seni retinal).
Seniman lain yang dikenal dengan penciptaan karya yang menstimulans mata hitam putih telah mulai berkiprah sejak tahun 1935. Di antara karyanya adalah komposisi papan catur dengan buah buah caturnya. Dalam lukisannya ia menggunakan ambiguitas dan disorientasi optik melalui penggunaan ritme yang disinkopasi, dan pola-pola geometris. Hitam dan putih, berwarna, dan konstruksi-kosntruksi tiga dimensional merupakan ekspresi gagasan Vasarely tentang hubungan yang seharusnya terjadi antara karya-karya dan pengamat. Ia percaya bahwa mengalami kehadiran suatu karya seni adalah lebih penting daripada memahaminya.
Konsep intelektual tentang pemahaman menjadi tidak sesuai dalam dunia seni yang terlibat dengan sensasi sampai tingkat tertentu hingga sensasi-sensasi itu menciptakan pengaruh fisis yang sesungguhnya pada pengamat. Terhadap kegiatannya ia menerapkan istilah seni sinetik (bentuk seni yang berdasarkan pada ilusi multidimensional). Sementara seni sietik menerapkan (secara terbatas) penggunaan gerakan mekanis, serta terlibat dengan ilusionistis atau gerakan yang sesungguhnya. Istilah sinetik dapat juga dianggap sesuai dengan karya Yacoov Agam, khususnya dalam hal lukisan polimorfis pada permukaan yang berombakombak dengan pola yang bergabung dan berubah ketika seseorang berjalan di depannya. Mirip juga dengan karya Cruz Diaz dan JR Soto, di mana ilusi gerak terjadi ketika pengamat bergerak, sementara lukisannya sendiri tetap diam.
Baca Juga: Istilah dan Sejarah Kinetic Art atau Seni Kinetik
Pameran-pameran Optical Art baik di Perancis maupun negara Eropa diselenggarakan oleh para seniman, walaupun senimannya tidak begitu banyak seperti halnya seniman dari gaya lainnya. Pameran seni optik yang pertama dan terkenal adalah pameran The Responsive Eye yang diorganisasi oleh William G. Seitz di New York tahun 1965. Para pelukis yang terlibat dalam seni optik selain Vasarelly dan Josef Albers termasuk juga para pelukis muda lainnya, misalnya Richard Anuskiewics, Almir Mavignier, Larry Poons, Agam, de Soto, Bridget Riley, Jeffrey Steele dan Yvaral.
Richard Anuskiewics berkarya dan bereksplorasi berdasarkan ilmu warna. Dia menyusun paduan warna dan garis secara teratur, sitematis, yang menimbulkan efek optik sebagai akibat dari bayangan warna-warna yang tembus pandang dan keteraturan garis yang diciptakan. Melalui eksperimennya yang terus menerus, dihasilkan efek-efek optik yang bermacam-macam dan melalui karyanya dia menyebut dirinya sebagai abstraksionis geometris.
Banyak persepsi dan prinsip dalam seni optik yang mengambil dari teori psikologi. Hal ini disebabkan oleh efek dari paduan kontras warna, pancaran cahaya, serta garis-garis yang mengecooh mata. Seni optik banyak menggunakan warna-warna yang bertentangan, yang terkadang menyilaukan mata. Seperti warna merah didekatkan dengan biru, bersamaan dengan penggunaan garis atau bentuk yang teratur. Seperti yang dilakukan Vassarely dalam karyanya berjudul Vega. Elemen garis dipertentangkan dengan arah vertikal dan horizontal dengan pengolahhan bidang menyempit dan melebar dengan diisi warna yang berselang seling menghasilkan efek dimensi ruang, pantulan cahaya, kedalaman ruang dan bergetar (ada unsur kinetiknya)
Karya-karya yang paling dinamis secara optis yang terpisah dari kosntruksi tiga dimensi seperti misalnya gambar lensa Karl Gestner dan kontak kaca ilusi dari Leroy Lamis dan Robert Stevenson adalah lukisan hitam-putih yang terlihat menghasilkan permukaan yang benar-benar tidak stabil. Pelukis yang paling intensif dalam bidang ini adalah Bridget Riley, dengan karyanya yang belang-belang bergelombang dan berbagai progresi formalnya berdasarkan pada pola-pola yang diterima secara intuitif yang dikembangkan secara sistematis dalam lukisannya. Di antara para pelukis lainnya yang menghasilkan gangguan dan ambiguitas optis dalam lukisan yang ganjil adalah pelukis Jepang yaitu Tadashi yang membuat komposisi lingkaran konsentris yang dilukisnya pada piringan gramafon, dan pelukis Amerika Julian Stanzcak yang menciptakan kesan-kesan organik abstrak dengan belang-belang hitam dan putih vertikal atau horisontal dengan ketebalan beragam. Karya-karya mereka bekerja pada apa yang oleh Gombrich dinamakan prinsip etsetera. Suatu kesadaran apabila pikiran melihat sesuatu yang tak ada karena adanya kondisi fisik yang tercipta.
Saat ini 0 comments :
Post a Comment