Sejarah Seni Kriya
Sejak zaman prasejarah, benda karya seni rupa kriya sudah ada dan dibuat dengan teknik pengerjaan yang paling sederhana, bahkan terkesan seolah tanpa sentuhan keindahan. Bahannya diambil dari alam yang tersedia disekitarnya, contohnya kapak genggam yang terbuat dari batu.
Barulah setelah mengenal system bercocok tanam dan mulai hidup menetap, mereka membuat benda-benda kriya untuk keperluan sehari-hari. Pada tahap ini, pembuatan benda-benda kriya memperlihatkan adanya perkembangan meskipun masih sederhana. Selain benda-benda tersebut, ada pla alat-alat dari batu berupa kapak yang sudah halus pembuatannya. Pembangunan rumah-rumah yang terbuat dari bahan bambu dan kayu dengan teknik pertukangan (perundagian) juga mulai dikuasai. Kepandaian membangun rumah yang terbuat dari kayu dan bambu mendorong lahirnya banyak karya seni kerajinan seperti kerajianan batu, kayu, rotan, tanah liat,dll. Kepandaian menguasai kerajianan seperti ini dipelihara secara turun menurun atau menjadi tradisi seperti kepandaian mengukir, menganyam,menenun, dan membentuk.
Seni kriya Nusantara di indonesia dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok fase perkembangan :
- Seni Kriya Tradisional Klasik (Hindu-Budha)
- Seni Kriya Tradisional Rakyat (Daerah), dan
- Seni Kriya Indonesia Baru (Kolonial)
- Kaidah seni dibakukan dalam pedoman seni oleh empu atau seniman.
- Mutu seni, yang bersifat teknik maupun estetik dilandasi oleh pemikiran falsafah hidup dan pandangan agama Hindu, Budha, Islam.
- Contoh karya seni kriya pada masa ini adalah batik, pandai emas dan perak, ukiran kayu, keris, wayang kulit dan wayang golek, dan kerajinan topeng
Wayang & Keris |
- Ciri-ciri dari kebudayaan etnik menghasilkan corak kesenian tradisional sesuai dengan watak masyarakat, adab kehidupan, dan lingkungan alamnya
- Pembuatan dan jenis seni kriya tradisional ditentukan oleh bahan yang tersedia di lingkungan tempat tinggal.
- Karya seni kriya tradisional rakyat yaitu : anyaman, gerabah, logam, dan topeng yang masih bertahan
Seni kriya tradisional |
- Pada zaman kolonial pendidikan mementingkan nilai-nilai rasional dan kehidupan jasmaniah.
- Kesadaran nilai-nilai luhur terhadap nilai-nilai tradisional seni kriya menjadi lemah, baik yang klasik maupun kriya rakyat
- Beberapa karya kriya indonesia baru yang dipadukan dengan seni tradisi dan bahan industri
- kehilangan nilai tradisi dan nilai klasik
- komersialisasi yang melanda para kriyawan. keahlian para seniman klasik tidak diwariskan
- saingan dari benda pakai hasil produksi industri
karya seni kriya 3 dimensi |
Saat ini 0 comments :
Post a Comment