Batik
Kesenian batik merupakan kesenian lukis yang digoreskan di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja–raja Indonesia zaman dulu.
Sejarah
“batik” berasal dari bahasa Jawa. Batik sudah dikenal oleh manusia sejak zaman Mesir kuno dan Persia kuno.
Batik dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Yogyakarta
Selain dijadikan sebagai sebuah hasil kerajinan batik juga bisa dijadikan pedoman serta tuntunan hidup sehari-hari karena dalam selembar kain batik tersirat berbagai makna yang dapat dijadikan petunjuk hidup bagaimana manusia berbuat agar menjadi manusia yang unggul dibandingkan dengan manusia lain.
Makna-makna batik terkandung dari beraneka corak, warna, dan ornamen yang menghiasi batik tersebut
1. Motif
- Kawung, motif ini konon diciptakan oleh salah satu Sultan Mataram. Motif ini diilhami oleh sebatang pohon aren yang buahnya kita kenal dengan kolang kaling. Motif ini dihubungkan dengan binatang kuwangwung. Pohon aren dari atas (ujung daun) sampai pada akarnya sangat berguna bagi kehidupan manusia, baik itu batang, daun, nira, dan buah. Hal tersebut mengisaratkan agar manusia dapat berguna bagi siapa saja dalam kehidupannya, baik itu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
- Ceplok, motif ini merupakan modifikasi dari motif kawung. Motif ini dihubungkan dengan kepercayaan orang Jawa, yaitu Kejawen
- Parang Rusak, motif ini hanya digunakan oleh para bangsawan pada masa dahulu untuk upacara-upacara kenegaraan. Parang Rusak mempunyai arti perang atau menyingkirkan segala yang rusak, atau melawan segala macam godaan. Motif ini mengajarkan agar sebagai manusia mempunyai watak dan perilaku yang berbudi luhur sehingga dapat mengendalikan segala godaan dan nafsu.
- Semen, motif ini berasal dari kata sami-samien , yang berarti berbagai macam tumbuhan dan suluran. Apabila ditinjau dan dirangkai secara keseluruhan dalam motif batik Semen mempunyai makna bahwa hidup manusia dikuasai ( diwengku ) oleh penguasa tertinggi (Kartini, 2005, 11).
- Truntum, motif ini melambangkan cinta yang bersemi kembali. Dalam pemakaianya motif ini melambangkan orang tua yang menuntun anaknya dalam upacara pernikahan sebagai pintu menjalankan kehidupan baru yaitu kehidupan rumah tangga yang sarat godaan.
- Sidomukti, motif ini biasa dipakai pada acara perkawinan oleh pengantin pria dan wanita. arti sido-mukti : sido berarti terus menerus atau menjadi, mukti berarti hidup dalam berkecukupan dan kebahagiaan (Soewardi, 2008).
2. Warna
- Warna coklat soga/merah, warna ini dikatakan sebagai warna hangat, sehingga diasosiasikan dengan tipe pribadi yang hangat, terang, alami, bersahabat, kebersamaan, tenang, sentosa, dan rendah hati (Kartini, 2005: 19).
- Warna putih, warna ini dikaitkan dengan kebenaran, kebersihan, kesucian yang melambangkan karakter orang yang baik hati yang selalu mengutamakan kebenaran dan kejujuran dalam kehidupannya.
- Warna hitam (biru tua), warna ini dikaitkan dengan kejahatan dan kegelapan.
- Warna kuning, melambangkan ketentraman. Segala yang ada di dunia ini adalah baik untuk kehidupan.
- Warna merah, melambangkan keberanian.
- Warna hijau, melambangkan kesuburan.
- Warna biru, melambangkan kesetiaan.
3. Ornamen
Ornamen utama dari motif batik Yogyakarta yang mempunyai makna simbolis adalah:
Meru melambangkan gunung atau tanah yang disebut juga bumi. Api atau lidah api melambangkan nyala api yang disebut juga agni atau geni. Ular atau naga melambangkan air atau banyu disebut juga tirta ( udhaka ). Burung melambangkan angin atau maruta . Garuda atau lar garuda melambangkan mahkota atau penguasa tertinggi, yaitu penguasa jagad dan isinya (Sewan Susanto, 1980: 212).
Secara umum ornamen-ornamen yang ada adalah:
- Ornamen garuda, melambangkan kekuatan dan keperkasaan
- Ornamen meru, melambangkan atau menggambarkan bentuk puncak gunung tetapi dari penampakan samping.
- Ornamen lidah api, ornamen ini sering disebut sebagai cemukiran atau modang. Ornamen ini melambangkan kesaktian dan kekuatan yang luar biasa.
- Ornamen burung, ini melambangkan kesucian dan dunia atas, karena burung merak ini sebagai kendaraan dewa-dewa.
Masyarakat Yogyakarta yang sangat kental dengan kebudayaan Jawanya dalam menjalankan kehidupan ini sangatlah berhati-hati, melihat makna dari segala yang ada. Keberadaan keraton sebagai pusat pemerintahan juga mewarnai pemikiran mereka.
Dengan bermacam-macam ornamen, warna, dan motif itu terkandung seperangkat aturan guna menjalani hidup. Batik sebagai hasil kerajinan menjiwai masyarakat Yogyakarta dalam kehidupan sehari-hari baik secara sadar maupun tidak sadar dan di segala bidang kehidupan.
Batik sebagai pakaian terkandung didalamnya tuntunan dan tatanan dalam melakukan segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan bermasyarakat. Pepatah Jawa meyebutkan "Ajining diri ana ing lathi, ajining raga ana ing busana, agama ageming diri.“
Kesenian batik merupakan kesenian lukis yang digoreskan di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja–raja Indonesia zaman dulu.
Sejarah
“batik” berasal dari bahasa Jawa. Batik sudah dikenal oleh manusia sejak zaman Mesir kuno dan Persia kuno.
Batik dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Yogyakarta
Selain dijadikan sebagai sebuah hasil kerajinan batik juga bisa dijadikan pedoman serta tuntunan hidup sehari-hari karena dalam selembar kain batik tersirat berbagai makna yang dapat dijadikan petunjuk hidup bagaimana manusia berbuat agar menjadi manusia yang unggul dibandingkan dengan manusia lain.
Makna-makna batik terkandung dari beraneka corak, warna, dan ornamen yang menghiasi batik tersebut
1. Motif
- Kawung, motif ini konon diciptakan oleh salah satu Sultan Mataram. Motif ini diilhami oleh sebatang pohon aren yang buahnya kita kenal dengan kolang kaling. Motif ini dihubungkan dengan binatang kuwangwung. Pohon aren dari atas (ujung daun) sampai pada akarnya sangat berguna bagi kehidupan manusia, baik itu batang, daun, nira, dan buah. Hal tersebut mengisaratkan agar manusia dapat berguna bagi siapa saja dalam kehidupannya, baik itu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
- Ceplok, motif ini merupakan modifikasi dari motif kawung. Motif ini dihubungkan dengan kepercayaan orang Jawa, yaitu Kejawen
- Parang Rusak, motif ini hanya digunakan oleh para bangsawan pada masa dahulu untuk upacara-upacara kenegaraan. Parang Rusak mempunyai arti perang atau menyingkirkan segala yang rusak, atau melawan segala macam godaan. Motif ini mengajarkan agar sebagai manusia mempunyai watak dan perilaku yang berbudi luhur sehingga dapat mengendalikan segala godaan dan nafsu.
- Semen, motif ini berasal dari kata sami-samien , yang berarti berbagai macam tumbuhan dan suluran. Apabila ditinjau dan dirangkai secara keseluruhan dalam motif batik Semen mempunyai makna bahwa hidup manusia dikuasai ( diwengku ) oleh penguasa tertinggi (Kartini, 2005, 11).
- Truntum, motif ini melambangkan cinta yang bersemi kembali. Dalam pemakaianya motif ini melambangkan orang tua yang menuntun anaknya dalam upacara pernikahan sebagai pintu menjalankan kehidupan baru yaitu kehidupan rumah tangga yang sarat godaan.
- Sidomukti, motif ini biasa dipakai pada acara perkawinan oleh pengantin pria dan wanita. arti sido-mukti : sido berarti terus menerus atau menjadi, mukti berarti hidup dalam berkecukupan dan kebahagiaan (Soewardi, 2008).
2. Warna
- Warna coklat soga/merah, warna ini dikatakan sebagai warna hangat, sehingga diasosiasikan dengan tipe pribadi yang hangat, terang, alami, bersahabat, kebersamaan, tenang, sentosa, dan rendah hati (Kartini, 2005: 19).
- Warna putih, warna ini dikaitkan dengan kebenaran, kebersihan, kesucian yang melambangkan karakter orang yang baik hati yang selalu mengutamakan kebenaran dan kejujuran dalam kehidupannya.
- Warna hitam (biru tua), warna ini dikaitkan dengan kejahatan dan kegelapan.
- Warna kuning, melambangkan ketentraman. Segala yang ada di dunia ini adalah baik untuk kehidupan.
- Warna merah, melambangkan keberanian.
- Warna hijau, melambangkan kesuburan.
- Warna biru, melambangkan kesetiaan.
3. Ornamen
Ornamen utama dari motif batik Yogyakarta yang mempunyai makna simbolis adalah:
Meru melambangkan gunung atau tanah yang disebut juga bumi. Api atau lidah api melambangkan nyala api yang disebut juga agni atau geni. Ular atau naga melambangkan air atau banyu disebut juga tirta ( udhaka ). Burung melambangkan angin atau maruta . Garuda atau lar garuda melambangkan mahkota atau penguasa tertinggi, yaitu penguasa jagad dan isinya (Sewan Susanto, 1980: 212).
Secara umum ornamen-ornamen yang ada adalah:
- Ornamen garuda, melambangkan kekuatan dan keperkasaan
- Ornamen meru, melambangkan atau menggambarkan bentuk puncak gunung tetapi dari penampakan samping.
- Ornamen lidah api, ornamen ini sering disebut sebagai cemukiran atau modang. Ornamen ini melambangkan kesaktian dan kekuatan yang luar biasa.
- Ornamen burung, ini melambangkan kesucian dan dunia atas, karena burung merak ini sebagai kendaraan dewa-dewa.
Masyarakat Yogyakarta yang sangat kental dengan kebudayaan Jawanya dalam menjalankan kehidupan ini sangatlah berhati-hati, melihat makna dari segala yang ada. Keberadaan keraton sebagai pusat pemerintahan juga mewarnai pemikiran mereka.
Dengan bermacam-macam ornamen, warna, dan motif itu terkandung seperangkat aturan guna menjalani hidup. Batik sebagai hasil kerajinan menjiwai masyarakat Yogyakarta dalam kehidupan sehari-hari baik secara sadar maupun tidak sadar dan di segala bidang kehidupan.
Batik sebagai pakaian terkandung didalamnya tuntunan dan tatanan dalam melakukan segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan bermasyarakat. Pepatah Jawa meyebutkan "Ajining diri ana ing lathi, ajining raga ana ing busana, agama ageming diri.“
Saat ini 0 comments :
Post a Comment